Semula aksara Batak hanya dipahami dan dimengerti oleh kalangan yang sangat terbatas saja yaitu para ahli mejik (magic) dan pengobatan (datu atau guru). Jadi pustaha pada umumnya ditulis para datu. Kelompok pemimpin agama (parbaringin dan parmalim) juga memahaminya tetapi hanya menulis hal-hal tata cara keagamaan saja, karena mereka sama sekali bukan datu dan tidak mencampuri urusan mejik. Pustaha isinya kebanyakan memuat tentang kedukunan, obat-obatan, dan peramalan (nujum). Ini yang dituliskan. Jadi dalam pustaha tidak ditemukan mengenai silsilah (tarombo), kesusasteraan, pantun, syair (turi-turian, umpama/umpasa) yang adalah diturunkan dari generasi ke generasi secara lisan.